Cari Blog Ini

Minggu, 21 Agustus 2022

TAWADHU' ABUYA MUDAWALI AL-KHALIDY

 TAWADHU' ABUYA MUDAWALI DAN WASIATNYA YANG BEGITU MENGHUJAM



Di bawah ini merupakan potongan dari ijazah yang diberikan oleh Abuya Muhammad Wali Al-Khalidi kepada salah seorang muridnya, Abon Abdul Aziz bin Shaleh Samalanga.


Dalam potongan ijazah ini, Abuya Mudawali menyifati dirinya dengan afqaril wara, yang artinya manusia paling faqir, paling butuh kepada Allah SWT, juga Ahqaril anam, manusia paling hina, dan yang lebih rendah dari itu, beliau menyebut dirinya sebagai hamil ni'al al-Ulama al-A'lam, yang artinya pembawa sandalnya para Ulama. Penyebutan sifat seperti ini menunjukkan jauhnya jiwa beliau dari ananiyah (keakuan). Sosok yang menjadi RAHIM ULAMA ACEH memandang dirinya tidak lebih dari sekedar pembawa sandalnya para Ulama. Beda dengan kita, yang mungkin dengan sedikit ilmu sudah bangga dan merasa segalanya.


Selain itu, Abuya Mudawali juga menyebut dirinya sebagai Khadim (Pelayan) bagi para pelajar, penuntut ilmu dan orang-orang faqir di Busnatul Muhaqqiqin Darussalam Labuhan Haji. Beliau mengakhiri penyebutan namanya dengan doa yang jika orang membaca ijazah ini doa itu akan tertuju untuknya; "Semoga Allah memberi rahmat untuknya siang dan malam, dunia akhirat selamanya, terkhusus ketika husnul khitam, perpisahan yang indah (dengan dunia yang fana)."


Dalam ijazah ini disebutkan bahwa Abon Abdul Aziz bin Shaleh (asal Jeunieb) tamat dan lulus dari tingkat Bustanul Muhaqqiqin Dayah Darussalam pada hari senin, bulan dzulhijjah 1377 H atau sekitaran bulan Juni 1958 M. Kepada Abon, Abuya mengijazahkan setiap apa saja yang sah beliau terima baik secara riwayat maupun dirayat sesuai dengan apa yang tertulis dalam tsabat (kitab tentang catatan sanad) gurunya Syaikh Ali bin Husein al Maliki yang berasal dari Tsabat al-'Allamah al-Amier al-Kabir dan lainnya. Abuya juga mengijazahkan kepada Abon riwayat yang beliau terima dari Al-'Allamah Al-Asyi Al Fadhil Syaikh Hasan Krueng Kale sesuai yang tertulis dalam tsabat-nya.


Di akhir ijazah yang diberikan oleh Abuya kepada murid-muridnya, termasuk Abon, tertulis suatu wasiat dan pesan-pesan penting yang begitu mendalam, yaitu;


1. Agar selalu bertaqwa kepada Allah dalam setiap keadaan

2. Menghadirkan gambaran Rasulullah SAW dalam ingatannya siang dan malam

3. Tidak melupakan Gurunya dalam doa terbaiknya 

4. Tidak mengingkari fatwa gurunya kecuali setelah jelas sekali terjadi kekeliruan sebagaimana jelasnya matahari di pertengahan siang.

5. Senantiasa berpegang kepada Allah dalam menggapai semua cita-citanya, bukan kepada Al-Aghyar (selain-Nya). 


Demikian beberapa poin yang tertulis dalam bagian ijazah yang Abuya Mudawali berikan kepada Abon Abdul Aziz bin Muhammad Shaleh. Kisah lebih lanjut dan menarik lainnya antara Abuya dan Abon bisa dibaca secara lengkap di Buku Biografi Abon Abdul Aziz, yang diterbitkan oleh LBM MUDI Mesjid Raya Samalanga. 


Mahaguru dan Rahim-nya Ulama Aceh 



رب فانفعنا ببركتهم # واهدنا الحسن بحرمتهم # وأمتنا فى طريقتهم # ومعافاة من الفتن.


SOSOK IKRIMAH PUTRA ABU JAHAL

 PUTRA ABU JAHAL MENJADI MUJAHID YANG HANDAL


Putra Abu Jahal jadi mujahid handal?


Siapapun kamu yang pernah belajar Sirah Nabawiyah pasti tidak asing dengan nama Abu Jahal. Dia, adalah "Fir'aun umat ini", dalang kejahatan kaum musyrikin dan panglima musuh di Perang Badar. Tapi, tahukah kamu bahwa putranya adalah seorang mujahid hebat?


Namanya adalah Ikrimah b


in Abi Jahal

Ketika Rasulullah ﷺ bersama 10 ribu sahabatnya membebaskan Kota Makkah tahun 8 Hijriah, nama Ikrimah menjadi "most wanted" karena kejahatannya begitu besar, sehingga ia masuk ke daftar orang-orang yang boleh dibunuh.


Mengetahui hal itu, Ikrimah kabur ke Yaman dan ia memutuskan untuk pergi jauh menaiki kapal. Namun qadarullah, di tengah samudera, kapal yang ia naiki diserbu badai ganas. Nahkoda berkata, "tak ada yang bisa kita lakukan lagi. Berhala-berhala kalian tak mampu memberi manfaat sedikitpun!"


Di saat-saat mencekam itu, di ujung detik menuju kematian Ikrimah berkata pada dirinya sendiri,

.

لئن أنجاني الله من هذا لأرجعَنَّ إلى محمد ولأضعنَّ يدي في يده"

.

"Jika Allah ﷻ menyelamatkan aku dari (badai) ini, sungguh aku akan kembali pada Muhammad, dan akan ku letakkan tanganku pada tangan beliau (membaiat Rasul)"

(Sumber : Tafsir Al Baghawi Surat Luqman ayat 32)


Dengan izin Allah, badai reda. Ikrimah selamat dan berusaha menepati janjinya sendiri. Dan subhanallah, usaha Ikrimah ini ternyata makin sempurna dengan masuk Islamnya istri beliau, Ummu Hakim. Sang istri menjadi penjamin Ikrimah agar selamat sampai di hadapan Rasulullah ﷺ. Sesampainya di hadapan Nabi, Ikrimah mengucapkan kalimat syahadatain.


Di hari bersejarah itu, Ikrimah berikrar tegas pada dirinya. Ia mengucapkan sebuah kalimat indah yang diucapkannya pada Baginda Rasulullah ﷺ :


يا رسول الله، والله لا أترك مقامًا قمتُهُ لأصدَّ به عن سبيل الله إلا قمتُ مثله في سبيله، ولا أترك نفقةً أنفقتها لأصد بها عن سبيل الله إلا أنفقت مثلها في سبيل الله


"Wahai Rasulullah, Demi Allah aku tidak akan meninggalkan tempatku dimana aku menghalangi manusia dari jalan Allah sampai aku menggantinya dengan perjuangan di jalan-Nya. Dan aku tidak akan melupakan semua biaya yang kuhabiskan untuk menghalangi manusia dari jalan Allah sampai aku mengeluarkan biaya yang besar pula untuk berjuang di jalan Allah."

(HR Al Hakim 3/270)


Menjadi Pejuang Hebat yang Melawan Kemurtadan


Khalifah Abu Bakar menugaskan Ikrimah memerangi kaum murtad di Oman

Abu Bakar juga mempercayakan Ikrimah menumpas kaum murtad di Yaman, kemudian beliau berangkat menuju Syam untuk menghadapi Kekaisaran Romawi Timur

Beliau menjadi tentara penunggang kuda hebat di Perang Yarmuk, di situlah beliau syahid.


"Biarkan Aku Membersihkan Masa Laluku!"


Detik-detik menjelang syahidnya Ikrimah adalah sebuah momen yang penting kita tadabburi. Di hari terik melawan Romawi itu, Ikrimah sangat bersemangat dan ia memutuskan untuk rela mati demi bisa merobek barisan musuh. Khalid bin Walid berkata pada Ikrimah, "Jangan lakukan itu wahai Ikrimah! Kematianmu akan jadi duka bagi Kaum Muslimin!"


Apa jawaban Ikrimah?


‏“إليك عني يا خالد فلقد كان لك مع رسول الله سابقة أما أنا وأبي فقد كنا من أشد الناس على رسول الله فدعني أكفر عما سلف مني” 


"Tak usah kau menahanku wahai Khalid! Sungguh kau telah mendahuluiku dalam membela Rasulullah ﷺ, sedangkan aku dan ayahku menjadi manusia paling keras permusuhannya pada beliau. Biarkan aku membersihkan masa laluku!"

(Al Kamil fi At Tarikh, Ibnul Atsir)

Kamis, 04 Agustus 2022

Doa bagi pemimpin


 Doa Bagi Pemimpin


Naskah kuna di bawah merupakan salah satu koleksi penting PEDIR Musem. Di dalamnya merekam sebuah tradisi di Aceh yang ketika naskah ini ditulis tradisi ini masih berlangsung,  dan mungkin pada saat ini sulit atau sudah tidak dapat kita jumpai lagi. Sebuah tradisi do'a bagi sultan (pemimpin) yang secara khusus disebutkan namanya oleh khatib yang bertugas saat khutbah Jum'at. Pada naskah ini, do'a khutbah Jum'at ditujukan bagi sultan agung Aceh, 'Paduka Seri Sulthan 'Alauddin Manshur Syah ibnu Sulthan 'Alauddin Jauharul 'Alam Syah'.


Menarik juga untuk disimak bahwa penyebutan gelar dan nama sultan pada naskah ini memiliki kesamaan seperti yang termuat dalam cap resminya, dan gelar serupa  juga dapat dibandingkan dengan gelar dalam epitaf pada nisannya. Paduka Seri Sulthan 'Alauddin Manshur Syah merupakan sultan yang memimpin Aceh pada kuartal kedua dan ketiga abad ke-19 Masehi. Beliau wafat di Bandar Aceh pada tahun 1286 Hijriah. Pusaranya berada di Kompleks Makam Kesultanan Aceh, Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.

Hukum Hukum islam

TAWADHU' ABUYA MUDAWALI AL-KHALIDY

 TAWADHU' ABUYA MUDAWALI DAN WASIATNYA YANG BEGITU MENGHUJAM Di bawah ini merupakan potongan dari ijazah yang diberikan oleh Abuya Muham...

Hukum hukum islam